Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Hello my name Mahardhika Adhi Candra Dewi, you can call me Dewi/Dhika. And I have a little name or my author name is Kadew Liane. Thanks for read my articles ^^

Isolasi Etil Parametoksi Sinamat Dari Rimpang Kencur

LAPORAN PRAKTIKUM
FITOKIMIA



OLEH :
Nama : Mahardhika Adhi Candra Dewi
Analia Dian Ningrum
Ayuningtyas Dian P
Gea Ros Alifa
Fathimah Rima
Katarina Puspita D
Pinera F.N
Titis Maratush S



D3 Farmasi 2014
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta

A. Tujuan Percobaan

  • Dapat mengetahui dan melakukan isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur.
  • Dapat melakukan ekstraksi dengan cara maserasi.
  • Dapat melakukan KLT.
  • Dapat memurnikan senyawa EPMS hasil isolasi rimpang kencur melalui proses kristalisasi.

B. Dasar Teori
       Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik, kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. Minyak atsiri dalam rimpang kencur mengandung etil parametoksi sinamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur (Rostiana et all, 2005).
            Rimpang kencur mempunyai aroma yang spesifik. Di dalam rimpang kencur terdapat banyak zat yang dapat dimanfaatkan. Kandungan senyawa kimia dari rimpang kencur antara lain minyak atsiri berupa sineol sebanyak 0,02%, asam metil kanil, pentadekana, ester etil sinamat, asam sinamat, borneol, kamfena, paraeumarina, asam anisat, alkaloid, gom mineral sebanyak 13,7% dan pati 4,14%. Kandungan minyak atsiri dalam rimpang kencur yaitu 2-4% yang terdiri dari etil sinamat, etil p-metoksi stirena, n- pentadekana, borneol kamfen, 3,7,7-trimetil bisiklo [4,1,0] hept -3-ena (Bachtiar, 2005).
           Etil p-metoksi sinamat merupakan salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu sebagai pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat non polar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang sedikit polar, sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang memiliki variasi kepolaran, yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana (Firdaus, 2009).
       Kelarutan suatu zat padat dan zat cair pada suatu pelarut akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu bila proses pelarutannya adalah endoterm, sedangkan untuk proses pelarutan yang bersifat eksoterm pemanasan justru menurunkan harga kelarutan zat. Fenomena yang kedua ini jarang dijumpai di alam yang umum adalah proses kelarutan endoterm yang memerlukan kalor. Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dan menguap dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil p-metoksi sinamat dari kencur tidak boleh dengan menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48-49 derajad C (Bachtiar, 2005).

  1. Hidrolisis etil p-metoksi sinamat
    Salah satu reaksi yang mudah dilakukan terhadap etil p-metoksi sinamat adalah menghidrolisisnya menghasilkan asam p-metoksi sinamat. NaOH yang ditambahkan pada hidrolisis etil p-metoksi sinamat, akan terurai menjadi ion Na dan ion OH. Ion OH ini akan menyerang gugus C karbonil yang bermuatan positif yang menyebabkan kelebihan elektron. Hal ini akan menyebabkan pemutusan ikatan rangkap antara atom O dan atom C sehingga atom O akan bermuatan negatif. Namun, atom O akan membentuk ikatan rangkap lagi dengan atom C, sehingga atom C akan menstabilkan diri dengan melepaskan -OC2H5. Hail ini akan menyebabkan terbentuknya asam p-metoksi sinamat (Selamat, 2004).

     2.  Pemeriksaan KLT
     Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen atas dasar perbedaan migrasi dan distribusi senyawa atau ion-ion dalam fase yang berbeda. KLT biasanya menggunakan lempeng gelas atau lapisan tipis alumunium, silika gel atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi Lapis Tipis pada umumnya menjadi metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi karena prosesknya yang mudah dan cepat (Selamat, 2004).

          Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal dari bahasa latin yaitu macere, yang artinya merendam jadi. Jadi maserasi dapat diartikan sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989).

C. Alat dan Bahan
     Alat yang digunakan :
  • Erlenmeyer 1000 ml ( 1 buah )
  • Corong ( 1 buah )
  • Gelas Beaker 250 ml ( 2 buah )
  • Cawan Porselin ( 4 buah )
  • Alumunium Foil ( secukupnya )
  • Kertas Saring ( secukupnya )
  • Pisau ( 1 buah )
  • Penangas Air ( 1 buah )
  • Pipet Tetes ( 1 buah )
  • Timbangan ( 1 buah )
    Bahan yang digunakan :
  • Rimpang Kencur ( 50 gram )
  • Etanol 96% ( 350 ml )
  • Silika Gel GF 254 ( 1 buah )
  • Toluen ( 10 ml )
  • Anisaldehid- Asam Sulfat ( secukupnya )

D. Cara Kerja
MASERASI
  • Rimpang kencur 50 gram dimasukkan kedalam erlenmeyer 1000 ml
  • Ditambahkan dengan 350 ml etanol 96%
  • Digojog kurang lebih 45 menit
  • Didiamkan selama sehari hingga termaserasi
  • Dilakukan penyaringan hingga didapatkan filtrat
  • Filtrat diuapkan di cawan porselin di atas waterbath hingga 10 ml
  • Didapatkan ekstrak cairan
KRISTALISASI
  • Ekstrak cairan dituangkan ke dalam erlenmeyer
  • Dikristalkan di dalam lemari es sehingga didapatkan kristal
  • Kristal disaring dan dipisahkan dengan menggunakan kertas saring
  • Dilakukan pengeringan kristal dengan menggunakan oven dengan 50 derajad C
  • Dikarakterisasi dengan mikroskop dan didapatkan hasil
KLT
  • Ekstrak cairan ditotolkan pada silika gel GF 254
  • 10 ml Toluen dimasukkan kedalam gelas bening
  • Dilakukan elusi
  • Kemudian diamati dengan menggunakan sinar UV 254/366 nm.
  • Bila kurang jelas elusinya disemprot dengan Anisaldehid-Asam Sulfat secukupnya
  • Didokumentasikan

E. Hasil
  • Tidak dihasilkan kristal
  • Tidak terdapat elusi

F. Pembahasan
   Pada praktikum kali ini yaitu melakukan percobaan isolasi etil parametoksi sinamat pada rimpang kencur. Tujuan dari percobaan kali ini adalah dapat melakukan dan mengetahui cara isolasi etil parametoksi sinamat dari rimpang kencur dengan menggunakan cara/metode ekstraksi berupa maserasi.
    Etil parametoksi sinamat merupakan kandungan kimia utama dari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan aktifitas analgetik dan diduga bertanggung jawab terhadao efek penambahan nafsu makan. Etil parametoksi sinamat merupakan senyawa ester yang mengandung cincin benzen yang mengikat gugus metoksi dan gugus karbonil yang mengikat etil sehingga bersifat sedikit polar. Etil parametoksi sinamat dapat dideteksi dengan anisaldehid asam sulfat atau vanilin asam sulfat .
     Adapun klasifikasi dari Kaempferia galanga L. adalah sebagai berikut :
  • Kingdom : Plantae
  • Subkingdom : Tracheobionta
  • Super Divisi : SPermatophyta
  • Divisi : Magnoliophyta
  • Kelas : Liliopsida
  • Sub Kelas : Commelinidae
  • Ordo : Zingiberales
  • Family : Zingiberaceae
  • Genus : Kaempferia
  • Spesies : Kaempferia galanga L.
     Kandungan dari Kaempferia galanga L. antara lain adalah pati, mineral, etil parametoksi sinamat, minyak atsiri yang mengandung borneol, smed, asam sinamat dan asam anisat.
     Adapun prinsip kerja dari percobaan ini adalah etil parametoksi sinamat dapat larut dalam etanol dan merupakan komponen utama secara kuantitatif sehingga dapat diekstraksi dengan etanol dan dikristalisasi melalui pemekatan dan pendinginan.
      Metode ekstraksi/isoladi yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan menggunakan metode maserasi. Dimana metode maserasi ini mempunyai prinsip sebagai berikut : ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendak (proses difusi). Peristiwa tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan larutan di luar sel (Ansel,1989).
      Maserasi biasanya dilakukan pada temperature 15-20 derajad C dalam waktu selama 3 hari sampai bahan-bahan yang larut , melarut (Ansel, 1989).
    Penggunaan metode maseras memiliki keuntungan tidak memerlukan pemanasan dan bisa digunakan untuk bahan-bahan yang  tidak tahan terhadap pemanasan, alatnya sederhana, praktis, dan biaya murah. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan banyak pelarut, waktu yang dibutuhkan relatif cukup lama, penyarian yang terjadi relatif kurang sempurna, dan terjadinya kejenuhan larutan.
         Pada percobaan kali ini proses maserasi dilakukan dengan cara memotong tipis-tipis rimpang kencur, kemudian direndam kedalam pelarut etanol 96% dan dilakukan penggojogan selama 45 menit. Disini dilakukan penggojogan selama 45 menit bukan 5 jam dikarenakan terburu oleh waktu. Dilakukan pemotongan tipis-tipis ditujukan untuk memperluas luas permukaan dari kencur agar memperluas kontak dengan pelarut yang digunakan sehingga ekstraksi yang terjadi berjalan sempurna. Pelarut etanol digunakan karena etil p-metoksi sinamat termasuk dalam senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan juga gugus metoksi yang bersifat non polar serta gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut semipolar sebagaimana prinsip dari isolasi yaitu proses pengambulan suatu zat dari bahan alam yang menggunakan pelarut yang sesuai, dalam hal ini dilihat dari tingkat kepolarannya. Atau dapat dikatakan menggunakan prinsip like disolve like. Selain itu, digunakan etanol juga karena etanol adalah pelarut yang mudah mendidih sehingga mudah menguap serta mudah menarik zat yang terkandung didalam sampel yaitu etil p-metoksi sinamat dari sampel kencur. Karena mudah menguap sehingga memudahkan pemisahan antara ekstrak dengan pelarutnya dalam hal ini adalah etanol. Adapun dilakukan penggojogan berfungsi agar mempercepat proses difusi yang terjadi antara pelarut dan kandungan didalam rimpang kencur. Setelah dilakukan penggojogan harus didiamkan terlebih dahulu dengan tujuan agar kontak antara pelarut dengan irisan rimpang terjadi cukup lama sehingga zat aktifnya akan tersari lebih maksimal.
          Setelah dilakukan maserasi kemudian dilakukan penyaringan dan dihasilkan filtrat, kemudian filtrat dievaporasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pelarut etanol yang berlebih atau untuk memisahkan ekstrak dari pelarut. Kemudian dilakukan proses kristalisasi dengan prinsip kerja sebagai berikut : perbedaan kelarutan antara senyawa dengan prngotornya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi diantaranya adalah :
  • Viskositas
  • Suhu
  • Derajat Kejenuhan
  • Derajat lewat jenuh
  • Banyak tidaknya zat pengotor
  • Laju pergerakan partikel dan pelarut
      Tujuan dari proses kristalisadi ini adalah untuk mendapatkan kristal etil p-metoksi sinamat yang berbentuk jarum. Kristal dipisahkan dengan kertas saring yang sudah di tara, proses selanjutnya adalah kristal dikeringkan pada oven dengan suhu 50 derajat C. Dilakukan pada 50 derajat C diharapkan agar kristal tidak meleleh dan pada suhu tersebut merupakan atau mendekati suhu leleh etil p-metoksi sinamat. Setelah kristal mengering, lalu ditimbang dan dilakukan karakterisasi krisral dengan menggunakan mikroskop, kemudian diamati dan diperoleh data organoleptis kristal. Namun, pada percobaan kali ini tidak didapatkan kristal, hal ini dikarenakan karena isolasi dengan maserasi yang kurang lama dan penguapan/evaporasi yang dilakukan kurang maksimal. Namun, menurut literature bentuk dari kristal etil p-metoksi sinamar adalah berbentuk jarum berwarna kuning.
       Selanjutnya dilakukan uji KLY dengan menggunakan ekstrak yang disisihkan sebagian. Adapun KLT yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis aluminium, silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Gel silika atau alumina mengandung substansi tersebut dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase gerak kromatografi disebut juga dengan eluent. Pemisahan komponen sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi antara adsorbent dan eluen. Dalam kromatografi lapis tipis, eluen biasanya disebut sebagai larutan pengembang. KLT pada umumnya dijadikan metode pertama pada pemisahan dengan kromatografi. Tekniknya menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis berupa lempeng aluminium atau plat inert. Pada pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang pada fase diam atau pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja dari KLT sendiri berprinsip sama dengan kromatografi kertas.
       Kemudian plat silika yang dari dalam gelas bening diamati dibawah lampu UV 254/366 nm yang berfungsi untuk melihat ada tidaknya noda pada plat KLT. Langkah terakhir yaitu menentukan nilai Rf yang terdapat pada plat. Pengukuran Rf dilakukan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut. Dimana semakin besar nilai Rf sampel maka semakin besar jarak bergeraknya senyawa pada plat kromatografi lapis tipis.
    Namun, pada percobaan kali ini tidak dihasilkan spot pada plat silika. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses maserasi yang kurang lama, serta penjenuhan toluent yang belum sempurna. Fase gerak pada sistem KLT menggunakan toluena yang bersifat non polar.
      Adapun kesalahan dalam penggunaan metode KLT atau nilai Rf disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
  • Penotolan zat yang salah dapat menyebabkan sampel yang akan diuji jadi menyebar (tidak didapat satu titik) sehingga hambatan geraknya lebih besar.
  • Proses elusi tidak dilakukan dengan benar, sehingga lintasan laju sampel menjadi miring dan pengukurannya pun tidak akurat.
  • Pengukuran menggunakan penggaris yang ketelitiannya kurang.

G. Kesimpulan
  1. Teknik yang digunakan untuk isolasi etil p-metoksi sinamat pada rimpang kencur menggunakan metode maserasi, kristalisasi, dan KLT.
  2. Tidak ada hasil kristalisasi dikarenakan proses maserasi yang kurang lama dan proses evaporasi yang kurang lama pula.
  3. Tidak ada hasil Rf dikarenakan proses maserasi yang kurang maksimal dan adanya faktor-faktor kesalahan dalam penentuan nilai Rf.
  4. Proses pemurnian yang dilakukan adalah kristalisasi yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan kristal EPMS yang berbentuk jarum berwarna kuning.


DAFTAR PUSTAKA
  • Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press : Jakarta.
  • Bachtiar. 2005. Konversi Etil P-Metoksi Sinamat menjadi Asam P-Metoksi Sinamat dengan Radiasi Gelombang Mikro. Undergraduate of Airlangga University : Surabaya.
  • Firdaus. 2009. Isolasi Senyawa Etil Parametoksi Sinamat dari Rimpang Kencur. FMIPA Universitas Negeri Malang : Malang.
  • Selamat, I Nyoman dan I Gusti Lanang Wiratna. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. IKIP Negeri Singaraja : Singaraja.
  • Rostiana. 2005. Budidaya Tanaman Kencur, BPOM. UGM Press : Yogyakarta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar