Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Hello my name Mahardhika Adhi Candra Dewi, you can call me Dewi/Dhika. And I have a little name or my author name is Kadew Liane. Thanks for read my articles ^^

LAPORAN PRAKTIKUM : Guttae

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI LIQUID






OLEH :
Nama : Mahardhika Adhi Candra Dewi
NIM : M3514032




D3 Farmasi 2014
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta

A. TUJUAN 
  • Dapat membuat guttae efedrin HCl dan guttae paracetamol beserta formulasinya.
  • Dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam resep/pembuatan sediaan.
  • Dapat melakukan evaluasi sediaan terhadap sediaan yang telah dibuat.

B. DASAR TEORI
     Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi ataupun suspensi, apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untukobat dalam. Digunakan dengan cara meneteskan mengunakan penetes yang menghasilkan tetesan yang setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan oleh Farmakope Indonesia (Depkes, 1979).
    Guttae oris (tetes mulut) adalah obat tetes yang diperuntukkan untuk kumur-kumue, sebelum digunakan diencerkan dulu dengan air dan tidak untuk ditelan (Anief, 1987).
      Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat suspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa (Depkes, 1979).
     Guttae nasales adalah tetes hidung obat beas yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan air. PH cairan pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis. Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak (Anief, 1987).
      Evaluasi yang dilakukan adalah :
  • Uji Organoleptis
       Uji organoleptis digunakan untuk mengetahui sifat fisik dari produk. Uji ini meliputi dengan cara mengamati sediaan berupa bau, warna, konsentrasi serta tekstur dari produk tersebut (Voight, 1984).
  • Uji Homogenitas
     Tujuan dari prngujian ini adalah untuk mengetahui sediaan yang menunjukkan susunan yang homogen atau tidak pada saat penyimpanan (Depkes, 1979).
  • Uji PH
      Pengujian PH merupakan salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan fisika dan kimia dalam memprediksi kestabilan suatu sediaan. Pengujian PH dilakukan untuk menentukan stabilitas bahan aktif dalam susunan asam maupun basa (Voight, 1984).
  • Uji Bobot Jenis
      Kecuali dinyatakan lain, bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat pada suhu 25 derajat C dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama (Depkes, 1979).


C. FORMULA
  • FORMULA 1
         R/ Efedrin HCl       0,2
              Lar Fisiologis    1,6
              Aqua      ad        15
         m.f gutt nasales
         s.t.d.d gtt 1
         Pro Ny Lani
  • FORMULA 2
          R/ Paracetamol                  0,1
               Propilenglikol       ad    11 ml
          m.f. gutt oris 15 ml
          s.t.d.d gtt 10
          Pro Tn Ditto


D. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
  • FORMULA 1
          Efedrin HCl => 0,2/15 x 10 = 0,13 gram
          Larutan Fisiologis => 1,6/15 x 10 = 1,067 gram
          Aquadest => ad 10 ml 
  • FORMULA 2
          Paracetamol => 0,1 gram
          Propilenglikol => ad 11 ml
          Aquadest => ad 15 ml

E. KHASIAT
  • Formula 1 = Sebagai simpatomimetikum
  • Formula 2 = Sebagai penurun panas dan analgetik
F. ALAT DAN BAHAN 
    Alat yang digunakan :
  • Mortir dan stamfer ( 1 pasang )
  • Piknometer ( 1 buah )
  • Termometer ( 1 buah )
  • Gelas Ukur ( 2 buah )
  • Beaker Glass ( 1 buah )
  • Sudip ( 2 buah )
  • Cawan Porselin ( 1 buah )
  • Pipet Tetes ( 2 buah )
  • Sendok Tanduk ( 1 buah )
  • Batang Pengaduk ( 1 buah )
  • Botol flakon ( 2 buah ) 
  • PH Stick ( 2 buah )
  • Kertas Perkamen ( secukupnya )
  • Timbangan ( 1 buah )
  • Anak Timbang mg ( 1 set )
  • Kaca Arloji ( 1 buah )
  • Indikator PH ( 1 buah )
    Bahan yang digunakan :
  • Efedrin HCl ( 0,13 gram )
  • Paracetamol ( 0,1 gram )
  • Larutan fisiologis ( 1,067 gram )
  • Aquadest ( ad 10 ml dan ad 15 ml )
  • Propilenglikol ( ad 11 ml )

G. CARA KERJA PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
      FORMULA 1
  • Botol tetes dikalibrasi
  • 0,13 gram Efedrin HCl dilarutkan ke dalam Aquadest secukupnya
  • Ditambahkan 1,06 gram larutan fisiologis
  • Dimasukkan kedalam botol
  • Ditambahkan aquades hingga tanda kalibrasi
  • Diberi etiket warna biru dan dilakukan evaluasi sediaan
      FORMULA 2
  • Botol dikalibrasi
  • Paracetamol 0,1 gram dilarutkan dalam propilenglikol ad 11 ml 
  • Dipindahkan kemortir dan diaduk hingga larut
  • Dimasukkan ke dalam botol
  • Ditambahkan aquadest ad 15 ml
  • Diberi etiket putih dan dilakukan evaluasi sediaan
PENGUJIAN
     UJI ORGANOLEPTIS
  • Sediaan diamati warna, bau, rasa. bentuk dan kejernihan
  • Dicatat hasilnya
    UJI PH
  • PH Stick dicelupkan ke dalam sampel sediaan
  • Kemudian dicocokkan dengan PH Indikator
  • Dicatat hasilnya
     UJI HOMOGENITAS
  • Sediaan diamati tekstur partikel/keseragaman partikelnya
  • Dicatat hasilnya
     UJI BOBOT JENIS
  • Piknometer kosong ditimbang
  • Piknometer ditambah air ditimbang
  • Kemudian air dipindahkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volume air
  • Massa air = (berat pikno + air) - berat pikno kosong
  • Piknometer ditambahkan sediaan ditimbang
  • Kemudian sediaan dipindahkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volume sediaan
  • Massa sediaan = (berat pikno + sediaan) - berat pikno kosong
  • Massa jenis = massa/volume
  • BJ = massa jenis sediaan/ massa jenis air

H. PEMERIAN
  • Efedrin HCL ( Ephedrini Hydrocloridum)
          Pemerian : Hablur putih atau serbuk putih halus; tidak berbaru; rasa pahit
       Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 4 bag air; dalam lebih kueang 14 bag etanol (95% ) P; praktis tidak larut dalam eter P.
          Khasiat : Simpatomimetikum (Depkes, 1979).
  • Larutan Fisiologis (Larutan NaCl Isotonis)
          Pemerian : Larutan yang konsentrasinya sama dengan tubuh kita (larutan NaCl 0,9%)
          Khasiat : Zat dapar ( Depkes, 1979).
  • Paracetamol (Acetaminophenum)
          Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
          Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air; dalam 7 bagian etanol (95%) P; dalam 1,3 bagian aseton P; dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 3 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
          Khasiat : Analgetikum; Antipiretikum ( Depkes, 1979).
  • Propilenglikol (Propilenglycolum)
          Pemerian : Cairan kental; jernih; tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik
       Kelarutan : Dapat campur dengan air; dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak
          Khasiat : Zat tambahan; pelarut (Depkes, 1979).
  • Aquadest ( Air Suling )
          Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
          Khasiat : Pelarut (Depkes, 1979).

I. HASIL 
   UJI ORGANOLEPTIS
   (Formula 1)
  • Bentuk = Larutan
  • Warna = Bening
  • Bau = Tidak Berbau
  • Kejernihan = Jernih
   (Formula 2)
  • Bentuk = Larutan 
  • Rasa = Pahit
  • Warna = Putih Keruh
  • Bau = Tidak Berbau
  • Kejernihan = Keruh
  UJI PH
  • Formula 1 = 7
  • Formula 2 = 7
  UJI HOMOGENITAS
  • Formula 1 = Homogen
  • Formula 2 = Tidak Homogen
  UJI BOBOT JENIS
  (Formula 1)
  • Massa Air = 5,2 gram
  • Massa Sediaan = 5,3 gram 
  • Massa Jenis Air = 1,04 gram/ml
  • Massa Jenis Sediaan = 1,06 gram/ml
  • Bobot Jenis = 1,02
  (Formula 2)
  • Massa Air = 5,2 gram
  • Massa Sediaan = 5,7 gram
  • Massa Jenis Air = 1,04 gram/ml
  • Massa Jenis Sediaan = 1,14 gram/ml
  • Bobot Jenis = 1,1 

J. PEMBAHASAN
    Pada percobaan kali ini membuat sediaan berupa guttae oris dan guttae nasales. Dimana praktikum kali ini bertujuan untuk dapat membuat guttae nasales efedrin HCl dan guttae oris paracetamol beserta formulasinya; dapat menyelesaikan permasalahan dalam resep maupun pada pembuatan sediaan; dan dapat melakukan evaluasi sediaan terhadao sediaan yang telah dibuat.
   Pada formula pertama dibuat sediaan guttae nasale, yang merupakan obat tetes yang digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung yang mengandung zat tersuspensi, pendapar dan pengawet. Pada resep ini, bahan-bahan yang digunakan antara lain adalah Efedrin HCl, Larutan Fisiologis, dan Aquadest. Pada resep ini hanya dibuat 10 ml saja. Dimana dengan hal ini, perlu dilakukan perhitungan pada penimbangan bahan. Pada pembuatannya digunakan aquadest sebagai cairan pembawa. Cairan pembawa pada umumnya untuk sediaan guttae nasales adalah air, dimana sebaiknya mempunyai pH 5,5-7,5 dengan kapasitas dapar sedang, isotonis/hampir isotonis. Tidak dianjurkan menggunakan cairan pembawa berupa minyak mineral maupun minyak lemak, karena dapat menimbulkan pneumonia. Pada resep ini digunakan larutan fisiologis yang berfungsi sebagai zat pendapar. Zat pendapar yang dapat digunakan adalah pendapar yang cocok dengan PH 6,5 dan dibuat dengan cara melarutkan 9 gram natrium klorida P dalam 100 ml air, namun pada peracikan kali ini hanya dibutuhkan 1,06 gram larutan fisiologis dan sudah tersedia. Pada pembuatan atau peracikan resep kali ini dibuat dengan cara melarutkan Efedrin HCl kedalam 4 bagian air, sehingga Efedrin harus dilarukan pada air terlebih dahulu, lalu dimasukkan kedalam botol flakon, kemudian ditambah larutan fisiologis (NaCl 0,9%) ke dalam botol, dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas kalibrasi yaitu 10 ml. Sebelumya botol dikalibrasi dahulu hingga 10 ml.
     Adapun tujuan dari penggunaan resep atau sediaan ini adalah sebagi simpatomimetikum, untuk asma, bronkitis dan enfisema. Cara penggunaanya dengan cara diteteskan 3x sehari 1 tetes melalui rongga hidung dengan menggunakan penetes baku menurut Farmakope Indonesia. Etiket yang digunakan adalah etiket yang berwarna biru, karena sediaan digunakan untuk penggunaan luar. Penyimpanannya adalah disimpan pada wadah atau botol yang tertutup rapat dan terlindung dari paparan cahaya matahari secara langsung.
     Sedangkan pada formula atau resep kedua dibuat sediaan berupa guttae oris (tetes mulut), yang merupakan obat tetes yang diperuntukkan untuk dikumur-kumur, sebelum digunakan maka diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan air dan tidak untuk ditelan (Anief, 1987). Bahan-bahan yang digunakan pada peracikan obat ini adalah berupa Paracetamol, Propilenglikol, dan Aquadest. Dimana cara pembuatannya adalah dengan cara melarutkan paracetamol pada 9 bagian propilenglikol, karena pada resep ini propilenglikol berfungsi sebagai kosolven atau meningkatkan kelarutan paracetamol pada aquadest. Selain itu, propilenglikol juga berfungsi sebagai zat pengawet dan zat pembasah, kemudian paracetamol yang sudah dilarutkan dengan 4 bagian propilenglikol dimasukkan ke dalam botol flakon. Kemudian pada botol ditambahkan propilenglikol hingga 11 ml/ tanda batas kalibrasi 11 ml. Sebelumnya botol flakon dilakukan kalibrasi 2x yaitu pada 11 ml dan 15 ml. Setelah ditambahkan propilenglikol pada tanda batas kalibrasi 11 ml, lalu aquadest dimasukkan hingga tanda batas 15 ml.Pda peracikan obat ini sesuai dengan resep.
       Adapun tujuan dari penggunaan resep atau sediaan ini adalah sebagai analgetik dan antipiretik. Cara penggunaannya adalah dengan cara ditetestkan 3x sehari 10 tetes dengan penetes baku menurut Farmakope Indonesia. Pada sediaan ini, sediaan boleh ditelan karena zat aktifnya yang berupa Paracetamol. Sebelumnya sediaan dilarutkan ke dalam air/aquadest. Etiket yang digunakan adalah berwarna putih karena digunakan unruk obat dalam/penggunaan oral dan kandungan obat didalamnya juga berpengaruh. Dalam penggunaannya, sediaan ini disimpan pada wadah/botol yang tertutup rapat dan terlindung dari paparan sinar matahari secara langsung.
         Setelah sediaan dibuat, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan evaluasi pada sediaan yang dibuat. Adapun tujuan dari evaluasi sediaan adakah untuk menjamin mutu serta kualitas sediaan berdasarkan sifat fisiknya. Adapun evaluasi sediaan yang dilakukan pada percobaan ini adalah :
  • UJI ORGANOLEPTIS
       Pada pengujian organoleptis pada percobaan ini adalah mempunyai tujuan untuk mengetahui sifat fisis dari suatu sediaan. Pengujian organoleptis pada percobaan ini meliputi pengujian dengan cara pengamatan visual maupun dengan panca indera. Adapun hal-hal yang harus diamati pada pengujian organoleptis ini adlah bentuk, warna, bau, rasa dan kejernihan maupun konsentrasi produk. Adapun pada pengujian formula 1 diperoleh hasil bahwa formula 1 berbentuk sediaan berupa larutan guttae nasales dan pada formula 2 adalah larutan guttae oris. Pada formula pertama dihasilkan bentuk sediaan berupa larutan encer. Dimana mempunyai warna bening dan tidak berbau. Adapun rasa dari sediaan ini tidak dirasakan karena sediaan ini digunakan melalui pengobatan bagian luar bukan pada bagian dalam yang melalui peroral. Sedangkan tingkat kejernihan dari sediaan kali ini dapat dikatakan bagus (jernih), karena antar fase ataupun antar bahan dapat tercampur dengan baik dan melarut secara homogen. Sedangkan hasil dari pengamatan formula kedua mempunyai bentuk larutan encer. Dimana mempunyai rasa pahit yang diakibatkan oleh Paracetamol yang sebagai bahan aktifnya dan berasa pahit. Dan mempunyai warna putih keruh akibat dari sediaan yang terbentuk seperti suspensi yang dalam penggunaannya harus dikocok dan dilarutkan dalam air dahulu. Dan tidak mempunyai bau. Serta tingkat kejernihannya tidak baik karena berwarna keruh.
  • UJI HOMOGENITAS
         Pada pengujian homogenitas percobaan ini adalah mempunyai tujuan untuk mengetahui sediaan yang menunjukkan susunan yang homogen atau tidak pada saat penyimpanan. Selain itu untuk mengetahui homogenitas dari sediaan apakah terdapat partikel yang berbeda atau membentuk agregat atau tidak. Atau dengan kata lain dilihat dari susunan partikel-partikelnya dalam suatu sediaan. Dimana sediaan yang baik dan bagus adalah sediaan yang homogen, karena dengan adanya sediaan yang homogen berarti bahwa bahan obat terdispersi secara merata dalam sediaan secara keseluruhan. Sehingga jika digunakan dalam pengobatan, dosis yang digunakan dapat seragam. Adapun pada pengujian homogenitas kali ini dengan cara pengamatan secara visual. Dari hasil pengamatan didapatkan hasil bahwa pada formula 1 berupa guttae nasales merupakan sediaan yang homogen, karen antar bahan tidak terjadi pemisahan dan membentuk agregat-agregat. Sedangkan pada formula 2 berupa guttae oris didapatkan hasil sediaan yang tidak homogen, karena antar bahan terjadi pemisahan dan membentuk agregat-agregat. Pengatasannya yaitu dengan cara dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan dan dilarutkan ke dalam air dahulu sebelum digunakan.
  • UJI PH
         Pada pengujian PH percobaan ini adalah mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang dihasilkan mempunyai PH yang sudah aman atau sesuai digunakan untuk atau sesuai dengan PH yang terdapat dalam tubuh manusia. Adapun pengujian PH merupakan salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan secara fisika dan kimia dalam memprediksi kestabilan dari produk sediaan. Pengujian PH dilakukan untuk menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam maupun suasana basa. Adapun cara pengujian PH pada percobaan ini adalah dengan cara menggunakan PH stick yang dicelupkan ke sampel sediaan dan dicocokkan dengan Indikator PH yang telah tersedia, kemudian dicatat hasilnya. Dari hasil pengujian didapatkan hasil pada formula 1 dan 2 mempunyai PH sama yaitu 7 atau PH netral. Dimana pada formula 1 merupakan sediaan guttae nasales yang digunakan untuk pengobatan pada hidung melalui rongga hidung. Dimana PH yang cocok untuk nasal/hidung adalah berkisar antara 5,5-7.5 (Syamsuni, 2006). Sehingga PH sediaan masih memasuki range batas aman penggunaan sehingga layak digunakan. Sedangkan pada formula 2 yaitu berupa sediaan guttae oris yang digunakan melalui peroral. Sediaan yang dihasilkan tergolong aman dan layak digunakan karena mempunyai range PH tubuh yaitu 5,5-10 (Troy, 2005).

  • UJI BOBOT JENIS
    Pada pengujian bobot jenis percobaan ini adalah mempunyai  tujuan untuk mengetahui perbandingan bobot zat dari suatu sediaan pada suhu 25 derajat C dengan bobot air pada volume dan suhu yang sama. Pada pengujian bobot jenis digunakan alat berupa piknometer, sebelum digunakan alangkah baiknya bila piknometer dicuci dengan menggunakan alkohol terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Tujuan dikeringkan agar hasil yang dihasilkan dari pengujian tidak terkontaminasi dengan zat lainnya. Piknometer yang digunakan adalah mempunyai volume 5 ml dan mempunyai berat pikonometer kosong adalah 10,2 gram. Hasil dari pengujian bobot jenis pada percobaan kali ini adalah pada formula 1 didapatkan hasil bobot jenis sediaan adalah 1,02 dimana mempunyai masa jenis air 1.04 gram/ml dan dengan massa jenis sediaan 1,06 gram/ml. Sedangkan pada formula 2 didapatkan hasil bobot jenis sediaan adalah 1,1 dimana dengan massa jenis air 1,04 gram/ml dan dengan massa jenis sediaan adalah 1,14 gram/ml.

H. KESIMPULAN
  • Tujuan penggunaan guttae nasales (formula 1) untuk obat simpatomimetikum, asma, bronkitis, dan emfisema dengan cara diteteskan pada rongga hidung 3x sehari 1 tetes dengan penetes baku.
  • Tujuan penggunaan guttae oris (formula 2) untuk obat analgetik dan antipiretik dengan cara diteteskan ke dalam mulut sebelumnya dikocok dan diencerkan pada air (10 tetes) dahulu digunakan 3x sehari
  • Etiket pada formula 1 adalah berwarna biru
  • Etiket formula 2 adalah berwarna putih
  • Bobot jenis pada formula 1 adalah 1.02 lebih besar dari BJ air
  • Bobot jenis pada formula 2 adalah 1,14 lebih besar dari BJ air
  • PH pada formula 1 dan formula 2 adalah 7 dan layak digunakan untuk tubuh
  • Formula 1 merupakan sediaan yang homogen
  • Formula 2 merupakan sediaan yang tidak homogen karena ada agregat-agregat yang membuat sediaan berwarna keruh


DAFTAR PUSTAKA
  • Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : UGM Press.
  • Depkes. 1979. Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta : Depkes RI.
  • Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
  • Troy. 2005. Remingtoris the Science and Practice of Pharmacy. Pyladelphia : Lipincot WIllian ad Walkins.
  • Voight. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Leoni Wulandari mengatakan...

Haloo kak bisa tolong dijelaskan perhitungan formula 1 pada efedrin dibagi 15 nya dari mana dan dikali 10 darimana lalu kenapa aquadest nya jadi 10? Terimakasih ya mohon dijelaskan

Posting Komentar